Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

NAMA-NAMA HARI DALAM BAHASA ACEH

Gambar
Selain nama bulan, masyarakat Aceh juga memakai nama hari sendiri, satu minggunya orang Aceh serupa juga dengan seminggu orang Islam lainnya, yaitu tujuh hari. Sebagai berikut:   1. Aleuhad             = Ahad ( Minggu )   2. Seunanyan        = Senin   3. Seulasa               = Selasa   4. Rabu                   = Rabu   5. Hameh               = Kamis   6. Djeumeu'at       = Jum’at   7. Sabtu
                  = Sabtu Orang Aceh menganggap bulan Puasa (Ramadhan) adalah bulan yang utama, begitu juga hari Djeumeu'at (Jum'a...

NAMA BULAN DALAM BAHASA ACEH

Gambar
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh tidak menggunakan nama bulan Masehi, tetapi mereka mempunyai nama bulan dan harinya sendiri yang merujuk ke Tahun Hijriah. Hal itu dikarnakan mayoritas masyarakat Aceh beragama Islam, perhitungan bulan Aceh mengikuti hitungan bulan Qamariyah dimana hitungannya dimulai pada malam tiba, berbeda dengan hitungan tahun Masehi yang dimulai lewat tengah malam yang dinamakan tahun Syamsiah. Adapun  nama-nama bulan Aceh sebagai berikut : 1. Muharram         di sebut Asan Usen 2. Safar                     > Sapha 3. Rabiul Awal         > Mauelot 4. Rabiul Akhir          > Maulot 5. Djumadil Awal     > Adoe Maulod /Meulot Tenog 6. Djumadil Akhir     > Maulot Keuneulheih 7. Radjab              ...

PASANG SURUT PERJALANAN GERAKAN SIPIL DI ACEH (STUDI ANALISIS DARI TAHUN 1998 – 2012)

Gambar
Reformasi 1998 merupakan suatu sejarah penting dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Lengsernya Soharto dari kursi kepresidenan tidak terlepas dari kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang sedang kacau. Reformasi dapat dikatakan sebagai gerakan moral untuk menjawab ketidakpuasan dan keprihatinan atas kehidupan ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada Bulan Mei 1998 terjadi gelombang demontrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para mahasiswa yang bersama-sama meminta pertanggungjawaban Soeharto sebagai pemimpin Negara tertinggi, dan meminta dia untuk mengundurkan diri. Peristiwa pengunduran diri Soeharto dan pengangkatan B.J. Habibie menjadi presiden menandai runtuhnya orde baru dan awal dari masa reformasi. Runtuhnya rezim orde baru membawa angin segar bagi daerah Aceh yang masih dibalut dengan kondisi Daerah Operasi Militer (DOM). Dalam pemerintahan transisi...

Jenderal Wanita Aceh Yang Ditakuti Belanda (Kaphe)

Gambar
Photo saat Cut Nya' Dhien ditawan Kaphee Belanda (Letnan van Vuren: 1905) Sejarah Perang Aceh, merupakan perang yang membawa kerugian besar bagi Belanda. Kehebatan para pejuangnya, dijadikan acuan studi oleh banyak pihak untuk mempelajari bagaimana para pejuang Aceh bisa membuat Belanda kehilangan sedemikian banyak harta dan tentara. Dunia tidak dapat memandang remeh pejuang-pejuang Aceh. Beberapa diantaranya dimasukkan dalam jajaran pejuang besar dunia. Ada yang menyebutkan sebagai 7 Warlord Women in The World dimana beberapa diantaranya dari Aceh, 10 Best Female Warrior at All Time beberapa diantaranya dari Aceh, serta Women Warrior in South East Asia . Dalam berbagai literatur, terdapat sederetan wanita dalam sejarah yang dijadikan sumber untuk dipelajari kepemimpinannya oleh berbagai studi di dunia. Saya menemukan beberapa nama yang tidak asing. Para wanita Aceh. “Dari pengalaman yang dimiliki oleh panglima-panglima perang Belanda yang telah melakukan peperangan di...

Tuanku Raja Ibrahim Putra Mahkota Sultan Aceh Terakhir

Gambar
Raja Aceh terakhir, Sultan 'Alaidin Muhammad Daud Syah, tahun 1904 dibuang oleh Belanda ke Jakarta. Dalam sejarah Aceh, Sultan Muhammad Daud atau biasa juga disebut Tuanku Muhammad Daud, resminya diangkat sebagai calon raja oleh Majelis Kerajaan Aceh semasa masih kecil, menggantikan pamannya Sultan Mahmud Syah yang meninggal tahun 1874. Majelis Kerajaan Aceh yang berkuasa menurunkan dan mengangkat raja Aceh itu terdiri dari Tuanku Raja Keumala, Tuanku Hasyem (sekaligus wali Tuanku Muhammad Daud) dan Teuku Panglima Polem. Majelis ini menyerahkan kekuasaan - untuk memerintah dan memimpin Aceh melawan Belanda - kepada Teuku Tjhik Di Tiro. Ketika Tuanku Muhammad Daud ditawan Belanda, dia memberikan kekuasaan itu kepada Teuku Tjhik Mahyeddin Di Tiro (putera terakhir Teuku Tjhik Di Tiro). Belanda sendiri kemudian, menganggap perang Aceh usai pada 3 Desember 1911, sesaat Teuku Maat Tjhik Di Tiro (cucu Teuku Tjhik Di Tiro tewas di medan laga. Akan Sultan Muhammad Daud sendiri...