Hari Buku, Jangan Berlalu tanpa Arti


Oleh Muchsin Ismail, Praktisi Pendidikan


 congerdesign
 
Anak-anak remaja dan pemuda masjid Darul Hijrah (PRISMADA) di kampung saya, menyambut hari buku sedunia, 23 April, dengan mengusung tema “One Home One Book (OHOB)”, dalam bentuk kegiatan yang mereka namai: “Ngampar Buku”, yang selanjutnya buku-buku tersebut dijadikan bagian koleksi buku perpustakaan milik masjid. Hal ini merupakan suatu bentuk kegiatan dari anak-anak  muda yang patut diapresiasi, ditengah=tengah penilaian miring terhadap anak-anak muda selama ini.


Dalam catatan Wikipedia, Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April yang diadakan oleh UNESCO untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. Di Inggris, hari perayaan ini jatuh pada hari Kamis pertama setiap bulan Maret. Hari Buku Sedunia dirayakan pertama sekali pada tanggal 23 April 1995.


Adapun latar belakang 23 April sebagai Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia, menurut Wikipedia: hubungan antara 23 April dengan buku pertama sekali dibuat oleh toko buku di Catalonia, Spanyol pada tahun 1923. Ide awalnya berasal dari penulis Valencia, Vicente Clavel Andrés sebagai cara untuk menghargai penulis Miguel de Cervantes yang meninggal pada tanggal tersebut. Pada tahun 1995, UNESCO memutuskan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dirayakan pada tanggal 23 April, sebab tanggal tersebut juga merupakan hari kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega, serta hari lahir atau kematian beberapa penulis terkenal lain.



Pertegas Momentum Hari Buku


Secara umum, peringatan Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia di tanah air kurang mendapat tempat khusus di hati bangsa Indonesia. Padahal, perayaan tahunan ini bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan peran membaca, penerbitan buku, dan perlindungan hak cipta di masyarakat. Dengan meningkatnya daya membaca masyarakat, maka meningkat pula industri penerbitan, dan pada saat bersamaan akan meningkatkan jumlah penulis.


Tentunya, kita bersepakat bahwa membaca dan menulis merupakan modal dasar keberhasilan masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini sudah saya tegaskan dalam artikel yang berjudul  "Membangun Pikiran Bangsa Lewat Baca-Tulis” di blog ini.


Dalam konteks Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia, yang seolah berlalu tanpa kesan dari tahun ke tahun, kini saatnya harus dimaknai lebih dalam secara diksi, intonasi, dan aktualisasi, terutama oleh pemerintah, dan bersama masyarakat akademisi. 

Pertama, pelajaran mengarang, sebagaimana dulu begitu kuat diajarkan di sekolah ke peserta didik, dipertegas kembali dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa upaya ini anak akan selalu mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide dan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. Oleh sebab itu, sulit untuk dipermasalahkan mahasiswa-mahasiswa kita kedodoran dalam membuat karya tulis ilmiah, pasalnya karena mereka tidak terbiasa menulis sejak di sekolah dasarnya. Seserang yang terbiasa menulis sudah pasti awalnya terbiasa membaca.


Kedua, pemerintah, melalui Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama, lebih mempertajam program pembangunan infrastruktur membaca dan menulis: pembangunan lokal dan pengadaan buku perpustakaan sekolah. Buku-buku perpustakaan sekolah bukan sebatas buku-buku pelajaran pegangan siswa dan guru, melainkan buku-buku umum untuk memenuhi bebutuhan intelektual warga sekolah.


Ketiga, pendidik harus dirangsang dengan kegiatan-kegiatan melakukan penelitian dan menulis dengan anggaran yang disediakan oleh pemerintah. Kerja keras para pendidik dari kegiatan seperti ini bisa meningkatkan wawasan dan pengetahuan pendidik di satu sisi, dan di sisi lainnya dapat memeroleh manfaat finansial. Di level Perguruan Tinggi kegiatan ini sudah berlangsung, selanjutnya diprogramkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Atas, sampai juga menyentuh guru-guru di Sekolah Dasar.


Sebagai warga dunia yang bermartabat, sejatinya Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia, mendapat perhatian serius dari semua komponen bangsa ini. Semua orang paham bahwa buku adalah jendela dunia, dan dengan membaca buku berarti memaknai dunia.  
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna “Antum A’lamu Bi Amri Dunyakum”

Kewajiban Khilafah dan Pandangan 'Ulama Empat Madzhab Terhadap Khilafah

Mimpi Syaikh Taqiyuddin An Nabhani