Ketika Tidak Lanjut ke Perguruan Tinggi
Oleh Muchsin Ismail,
Praktisi Pendidikan dan Ketua Komunitas Go Trendi Bogor
Data yang dirilis oleh BATAM.TRIBINNEWS.COM, siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN) sebanyak 3.302.673 pada Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) di tanah air, Indonesia, Tahun Ajaran 2016/2017.
Dari jumlah tiga juta sekian itu yang mampu melanjutkan ke Perguruan Tinggi tidak lebih dari 50 %. Faktor utamanya bukan sekedar daya tampung Perguruan Tinggi yang terbatas, khususnya Perguruan Tinggi Negri, namun lebih sebab karena daya dukung ekonomi yang lemah.
Ketika peserta didik tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dan berencana untuk menundanya barang satu atau dua tahun, kemudian pertanyaannya adalah pilihan bijak seperti apa yang harus di tempuh oleh anak Indonesia yang belum beruntung ini? Dan bagi yang lanjut ke Perguruan Tinggi, pendidikan dibidang apa yang sangat dibutuhkan masa depan?
Masa depan Indonesia diprediksi sebagai sebuah negara yang bisa melesat ke top of five negara yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi dunia, yakni diperingkat ke-4.
Adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat percaya diri, setelah membaca data yang diterima dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, menyatakan bahwa ekonomi Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045, atau seabad setelah kemerdekaan. Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapainya.
Menurutnya, dalam 28 tahun, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 309 juta jiwa. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5-6 persen per tahun, pendapatan penduduk akan mencapai US$ 29 ribu per kapita. Sehingga, pada 2045, Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa mencapai US$ 9,1 triliun.
“Di tahun 2045 Insya Allah Indonesia akan menjadi ekonomi terkuat keempat di dunia,” kata Jokowi saat membuka acara Rapat Kerja Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Jakarta. ( lihat http://katadata.co.id/berita/2017/03/27/jokowi-ekonomi-indonesia-bakal-jadi-terbesar-keempat-dunia-pada-2045).
Yang namanya prediksi ini bisa benar atau meleset sepenuhnya akan ditentukan oleh tindakan kita kini dan di sini dari pemerintah dan publik secara keseluruhan. Oleh Karena itu, kesadaran masyarakat untuk percaya dan yakin bahwa masa depan nusantara jauh lebih baik sejatinya menjadi kesadaran kolektif.
Investasi Pendidikan
Masa depan kita adalah tergantung kepada apa yang kita investasikan hari ini. Dan, Kembali kepertanyaan di atas kiranya sangat arif dan bijaksana anak-anak Indonesia yang belum beruntung karena tidak bisa berlanjut ke Perguruan Tinggi didorong dan dimotivasi untuk tetap invest dipendidikan meski bukan pendidikan formal. Percisnya seperti apa? Pilihannya adalah bekerja seraya mengikuti kursus.
Joko Salim, S Kom, SE, penulis buku 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman, memberikan beberapa tips kepada peserta kursus sebelum sebuah kegiatan kursus diikuti, yaitu kesatu) dana yang dikeluarkan untuk biaya kursus hendaknya harus kembali dengan berlipat ganda ketika suatu kursus dituntaskan dan menerapkan apa-apa yang telah dipelajarinya.
Kedua, carilah kursus yang mengajarkan sesuatu yang belum pernah kita lakukan dan sesuatu tersebut harus bisa dipastikan dapat mendatangkan uang; ketiga, sebelum mengikuti kursus, sebaiknya kita mengetahui siapa yang menjadi pelatih, apakah seorang praktisi atau ilmuwan. Kita harus memilih dan memilah sebelum mengeluarkan dana investasi dalam kursus yang akan kita ikuti; keempat, jangan mengikuti kursus hanya sekadar menambah ilmu pengetahuan. Ikutilah kursus untuk menambah kekayaan kita.
Dan, keliama, pastikan kita memiliki fasilitas yang dibutuhkan ketika mengikuti sebuah kursus tertentu. Jadi, begitu selesai kursus, kita bisa menerapkan apa yang kita pelajari.
Pilihan Investasi Pendidikan Formal
Sementara itu untuk “generasi emas”, meminjam istilah Ari Ginanjar ketika menyebut generasi saat ini, yang mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi ada beberpa Program Studi yang layak dipertimbangkan. Media Kompas (2010), seperti yang dikutip Joko Salim dan kiranya masih relevan untuk disikapi saat sekarangpun, mencatat ada tujuh jurusan yang bisa diambil guna menuai sukses dimasa depan. Ketujuh Program Studi tersebut adalah jurusan Desain, Teknik, ICT (Information, Communication, and Technology), Bahasa dan Komunikasi, Kesehatan, Planologi, dan Bisnis.

Komentar
Posting Komentar