Menyoal Kesejahtraan dan Profesionalisme Guru
Oleh Muchsin Ismail, Praktisi Pendidikan
pixel
Berbeda dengan kebanyakan profesi lainnya, profesi guru merupakan sebuah profesi yang langsung bersentuhan dengan pikiran manusia (baca: peserta didik) secara intens. Kiranya tidak berlebihan jika kemudian dikatakan bahwa profesi guru menempati posisi strategis dalam membangun kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual bangsa. Anak-anak bangsa yang terdidik dengan baik akan menjadi aset masa depan yang dapat diandalkan.
Guru dan Soal Kesejahtraan
Hidup berkecukupan dan jika bisa hidup makmur adalah dambaan hidup setiap orang. Begitu naluri dasarnya secara alamiah, tetapi realitasnya tidak demikian. Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan kenapa seperti itu.
Pertama, orang memiliki pengetahuan dan keterampilan dengan tingkatan yang berbeda. Seseorang yang pengetahuan dan keterampilannya tinggi berpotensi punya penghasilan lebih tinggi daripada mereka yang pengetahuan dan keterampilannya rendah. Sebab, dengan pengetahuan dan keterampilan mumpuni akan mudah baginya dalam mengakses sumberdaya yang tersedia.
Kedua, faktor lingkungan ikut menjadi penentu sebagai pembeda. Artinya, seseorang yang lahir dari keluarga kaya mempunyai peluang besar untuk menjadi orang kaya juga. Kultur yang membentuk mereka seperti itu lewat proses imitative bersengaja. Tapi ini bukan berarti seseorang yang terlahir dari keluarga miskin tertutup kesempatannya untuk menjadi kaya. Mereka tetap memiliki kesempatan itu dengan tidak ada cara lain, itu tadi, berpengetahuan dan berketerampilan.
Kondisi faktual guru di Indonesia masih jauh dari kata sejahtra. Tetapi belakangan, kiranya nasibnya sudah lumayan agak baik seiring dengan hadirnya negara ditengah-tengah para guru lewat kebijakan pemberian tunjangan profesi: tunjangan sertifikasi dan program infassingbagi guru honorer atau non PNS. Meski demikian ini masih dikeluhkan para guru, bukan pada tataran kebijakannya melainkan teknis operasionalnya yang doyan terlambat pencairannya. Sudah kah kebijakan ini menjangkau semua guru di Indonesia? Meski program itu bergulir sejak 2007, belum semua guru tersertifikasi. Oleh Karena itu belum semua guru sejahtra.
Ikhlas Membangun Kemegahan
Hidup berkelimpahan adalah impian yang terlalu mewah bagi mereka yang berprofesi sebagai guru. Tapi untuk menjadi guru kaya there is not impossible: pettama, jangan mengandalkan kemurahan pemerintah dan kedua, harus kreatif dalam menciptakan passive income. Caranya selalu ada asal ada kemauan kuat melakukan perubahan. Yang diperlukan adalah kesediaan dan kesabaran diri seorang guru melakukan perubahan mindset. Memang butuh waktu untuk merubah mindset dari sebagai pendidik menjadi entrepreneur. Namun dilemanya kemudian adalah tuntutan antara mengajar secara professional.
Hidup berkelimpahan adalah impian yang terlalu mewah bagi mereka yang berprofesi sebagai guru. Tapi untuk menjadi guru kaya there is not impossible: pettama, jangan mengandalkan kemurahan pemerintah dan kedua, harus kreatif dalam menciptakan passive income. Caranya selalu ada asal ada kemauan kuat melakukan perubahan. Yang diperlukan adalah kesediaan dan kesabaran diri seorang guru melakukan perubahan mindset. Memang butuh waktu untuk merubah mindset dari sebagai pendidik menjadi entrepreneur. Namun dilemanya kemudian adalah tuntutan antara mengajar secara professional.
Guru berbisnis bukanlah soal tabu sepanjang tugas utamanya tidak terbenngkalai; guru harus bekerja secara professional demi keberhasilan pendidikan; dan, profesionalisme guru jangan sampai tegadaikan lantaran kesulitan hidup, lantas bertindak koru.
Perlu digaris bawahi disini, tugas utama guru adalah mendidik dan membangun kemegahan bangsa melalui transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan terhadap peserta didik melallui proses belajar di kelas atau diluar kelas. Dan keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah sangat sedehana, yaitu ketika guru mengajar bisa menghadirkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana ajeg menyenangkan dalam kegiatan belajar memuluskan proses terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan tanpa terkendala mental.
Dengan demikian, para guru dituntut untuk mempu melakukan pengajaran transformative yang menyenangkan. Untuk memastikan ini terjadi, maka peran seorang guru selain sebagai pengajar tapi juga sebagai pembelajar aktif; bukan semata terhadap bidang keilmuan yang diempunya, melainkan bersedia belajar lintas disiplin ilmu. Mengapa demikian? Sebab dunia Pendidikan selalu bergerak secara dinamis.
Sekali lagi, There is not impossible untuk menjadi orang kaya dan sejahtra bagi semua orang, inhern bagi para guru di Indonesia. Kini saatnya merekontruksi era baru, era dilahirkannya guru-guru professional berjiwa pendidik sekaligus berjiwa entrepreneur. Ikhlas dan tawaqal serta kerja keras dan kerja cerdas sebagi modal dasarnya maka outputnya adalah kemegahan dan kejayaan bagi bangsa Indosea raya.

Komentar
Posting Komentar