Pelajaran Berharga Pilkada DKI
Oleh Muchsin Ismail, Praktisi Pendidikan
diliputnews.com
“Imperatif moral pemimpin menyatunya ucapan dan tindakan dan di altar kepemimpinannya bukan dilayani tapi memberikan pelayanan prima. Pemimpin seperti itu akan selalu dikenang sepanjang jaman”(Muchsin Ismail)
Debat pamungkas cagub dan cawagub pada pilkada DKI yang digelar 12 April 2017 dinilai banyak kalangan lebih baik, lebih alamiah, dan lebih santun dari debat-debat sebelumnya. Penyelenggara debat layak mendapat apresiasi dari masyarakat atas kerja kerasnya. Sebagai pemirsa TV, menyaksikan debat seperti itu tidak mendorong saya ganti chanel karena membosankan dan mengantuk menyaksikannya. Dari kemasan debat seperti itu, kiranya dapat mendinginkan suasana panas di publik DKI khususnya, yamg saat ini kondisinya terbelah dua.
Ada pelajaran menarik dibalik suksesnya penyelenggaraan debat cagub dan cawagub DKI yang baru saja berlalu. Pertama,saya berani memastikan panitya penyelenggara debat adalah orang-orang yang berani bersikap tidak puas terhadap hasil akhir dari penyelenggaraan debat-debat sebelumnya; mereka mau belajar dan mengevaluasi dari yang sudah-sudah dan memperbaiki apa yang menjadi kekurangannya.
Kedua, kesantunan gaya timur sangat kental diperagakan oleh masing-masing kandidat dengan menjaga dan mengelola emosi sedemikian rupa, hingga meski mengkritik, atau tepatnya menyinidir, masih berada dalam koridor kepatutan dan kepantasan. Sangat berbeda jika kita menyaksikan acara debat yang digelar di Amerika yang begitu fulgar menyerang lawan politiknya, sebagaimana telah kita saksikan pada acara debat calon presiden.
Bukan Sekedar PHP
Kedepannaya, kita bukan hanya sekedar berkharap apa yang telah dicapai bisa tetap dipertahankan dan diupayakan lebih baik sehingga pesta demokrasi lima tahun sekali itu, adalah pesta rakyat yang sejati. Untuk itu, Komisi Pemilihan Umun (KPU) dan semua elemen yang terkait dengan pesta demokrasi itu dituntut memiliki kematangan dan kedewasaan berpolitik. Karena jika tidak, alih-alih pesta dan keriangan yang didapat, malah bencana dan derita kemanuasiaan yang dialami.
Kesuksesan maupun kegagalan selalu ada harganya. Dan, harga sebuah kesuksesan itu, harganya tidak bisa dibayar dibelakang, melainkan harus di awal. Pasangan Anis-Sandi dan Ahok-Djarot yang kini sedang berlaga di pilkada DKI adalah contoh orang-orang sukses yang telah menerapkan prinsip-prinsip sukses, diantaranya kesediaan membayar kesuksesan dimuka. Anis Baswedan sukses secara akademis, bergelar Doktor, dan pernah menjadi mentri Pendidikan di kabinet Gotong Royongnya Djoko Widodo; Sandi Uno pengusaha muda yang bisnisnya lintas negara; Dan sementara tara itu, pasangan Ahok-Djarot berlatar belakang pejabat publik yang dianggap berhasil sehingga mereka didukung banyak partai politik dalam pilkada DKI.
Siapapun dari kedua pasangan ini yang terpilih secara jujur dan demokratis oleh warga Jakarta adalah memang pasangan yang pantas untuk mendapatkannya. Hal yang harus diingat kemudian oleh mereka adalah janji-jani kampanye akan melakukan ini dan itunya. Hanya orang-orang pintar dan punya syahwat menjadi pemimpin yang bisa berjanji banyak, tetapi orang-orang pintar sendiri yang mencidrai janji-janjinya. Dengan kata lain, kita berkharap mereka bukanlah sosok-sosok insan PHP, melainkan insan yang bisa membuktikan antara ucapan dan tindakannya berjalan berkelindan untuk kemaslahatan masyarakat. Semoga saja demikian!

Komentar
Posting Komentar