Pendidikan merupakani Human Capital (Bagian II, selesai)
wokandapix
Untuk memahami sejauh mana dampak pendidikan terhadap produktivitas dan pendapatan seseorang atau sekelompok orang, seperti yang telah di kemukakan di bagian I dari seri tulisan ini, [Pendidikan merupakan Human Capital(Bagian I)] , ada enam parameter, yakni rate of return, indeks sumber daya manusia, fixed requirement, dan pendekatan fungsi produksi.
Pertama, pendekatan return of capital mengasumsikan bahwa pendidikan berkontribusi terhadap skill, pengetahuan, dan sikap tertentu yang relevan bagi peningkatan produksi dan pendapatan. Variable yang digunakan untuk mengukur rate of return: profil pendapatan seseorang dengan skill kependidikan khusus dibuat, profil mereka yang terdidik dibandingkan dengan pendapatan kelompok yang lebih rendah pendidikannya, dan latarbelakang keluarga, tingkat inteligensi, dan pengaruh kelompok sosial yang langsung atau tidak langsung menyebabkan perbedaan pendapatan.
Kedua, pendekatan indeks sumber daya manusia dipandang berkorelasi dengan taraf perkembangan ekonomi negara, daerah, atau sekolompok masyarakat. Pada awalnya konsep ini menarik dan informatif karena benar terdapat korelasi yang tinggi antara taraf perkembangan sumber daya manusia dengan taraf perkembangan ekonomi. Namun, belakangan parameter ini diragukan konsistensinya karena ternyata banyak faktor yang ikut memengaruhinya.
Ketiga, pendekatan fixed requirement merupakan cara lain untuk mengukur kontribusi pendidikan terhadap produksi dan pendapatan dengan berbasis pada penyususnan matrik input-output bagi keterampilan berbeda sebagai faktor spesifik dalam matrik tersebut.
Keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan output yang bermacam-macam adalah sudah tetap dan ditentukan karena hubungan spesifik antara input-output berdasarkan teknologi tertentu. Pendeketan demikian sulit dterapkan terhadap individu yang bergerak sebagai wirausaha di bidang pertanian, pasalnya adalah dampak inovatif yang tidak diperhitungkan.
Keempat, pendekatan fungsi produksi. Pendekatan ini ketika diterapkan hasilnya kurang memuaskan, terutama dalam konteks pendidikan keaksaraan fungsional. Menurut Ashby, kesulitan menganilisis pendidikan terhadap produktivitas dan pendapatan, terutama bagi jenis pendidikan tertentu, karena memerlukan observasi yang lama apa yang dialami para lulusan. Atas dasar argumentasi tersebut, para ekonom cenderung memahami efektivitas pendidikan dari sudut yang lebih langsung berkaitan dengan proses yakni pembentukan skill dan sikap.
Dua Elemen Penting
Berdasarkan kajian singkat tentang teori nilai ekonomi pendidikan dengan pendekatan-pendekatannya untuk mengukur dampak pendidikan terhadap produktifitas dan pendapatan seseorang, kelompok masyarakat, dan negara, kita dapat menangkap bahwa secara subtansial pendidikan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan pendapatan. Oleh Karena itu bisa disimpulkan sementara, bahwa rendah dan tingginya produktivitas dan pendapatan setiap warga masyarakat ditentukan oleh seberapa jauh warga masyarakat menempuh pendidikan.
Dengan berpendidikan tinggi kemudian dikharapkan seseorang dalam dirinya terbangun dua elemen dasar, yakni kemampuan dan kemauan, can and will. Salim Kartono menjelaskan, “can” dicerminkan dari kemampuan seseorang dalam berpikir, membaca fenomena yang terjadi, menganalisisnya, merumuskan secara konseptual, dan kemudian mengaplikasikannya untuk memecahkan persoalan-persoalan bisnis yang ada. Sementara “will” dicerminkan oleh kemauan seseorang dalam menjalankan pekerjaan yang dia lakukan dengan mengacu kepada nilai-nilai baik yang dimilikinya. Yang pertama merupakan “hard skill” yang mencerminkan kompetensi (competence), sementara yang kedua merupakan “soft skill” yang mencerminkan nilai-nilai (values) positif yang dimiliki seseorang.
Seseorang lewat pendidikannya dan mampu mengombinasikan elemen can dan will dalam dirinya, akan menjadikan dirinya, selain seseorang yang cerdas dan genius, memiliki etos kerja yang tinggi melainkan juga dapat berkomitmen, loyal, dan jujur.
Komentar
Posting Komentar